Naar De Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia)

Berjumpa lagi kita dengan salah satu karya dari tokoh yang dijuluki sebagai bapak Republik siapa lagi kalau bukan Tan Malaka. Kali kita akan masuk kedalam salah satu karya nya yang memukau banyak mata tokoh-tokoh Nasional apalagi kalau bukan “menuju republik Indonesia”. Sebelum masuk kedalam ranah intektual di dalam bukunya ini ada baiknya kita mengetahui latar belakang buku ini ditulis. Sesuai judul aslinya yaitu Naar Republiek Indonesia ini ditulis dalam Bahasa belanda pada tahun 1924, yang membuatnya berada dalam pengasingan di Canton. Naar Republiek Indonesia ini ditulis lebih awal dibandingkan Indonesia Vrije karya Moh. Hatta atau mencapai Indonesia merdeka karya soekarno.

Brosur Naar republiek indonesia ini diselundupkan ke Hindia Belanda secara illegal sehingga karya ini lah yang mempengaruhi dari Dwi-tunggal itu. Baiklah pembaca yang budiman, marilah kita tenggelam di dasar laut keilmuan Tan Malaka dalam buku nya kali ini. Jangan lupa pakai oksigen ya takutnya kita tak bisa bernafas di dalam nya keilmuan seorang Tan Malaka. Pada bab pertama kita disuguhi dengan situasi dunia. Pada tahun 1914-1918 Tan Malaka membagi negara berdasarkan tingkatan ekonomi yaitu negara yang kalah dan negara yang menang. Deretan nama negara yang kalah yaitu Jerman, Austria, Hongaria dan Turki Juga Rusia. Disana kaum buruh berhasil memegang kekuasaan dan ekonomi nya tergolong di dalam negeri itu. Sedangkan deretan negarayang menang adalah negara Perancis, Italia, Amerika Serikat.

Bagi negara yang kalah, dalam situasi nya waktu itu sangat menderita. Mereka kekurangan bahan-bahan makanan, hasil pabrik-pabrik modal dan bahan mentah untuk industri-industri. Lalu negara yang setengah jajahan seperti Austria tentu terikat dengan baik dalam segi ekonomi namun mereka tak mampu menantang. Jerman setelah kalah maka ia diikat dengan bantuan uang sebesar 800.000.000 dengan mengorbankan ekonomi, politik dan ekonominya. Militer Jerman yang kalah, maka secara otomatis mereka dibawah telapak kaki negeri-negeri sekutu. Pengawasan ini lebih jauh meliputi anggaran belanja dan keuangan Jerman oleh negeri-negeri sekutu secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran dari negara jerman.

Dalam bab ini menerangkan secara lugas kesempatan-kesempatan para negara yang kalah untuk bisa lepas dari belenggu dari negara sekutu. Namun disana dikatakan bahwa perserikatan buruh haruslah Bersatu dalam artian jangan mau terjebak pada kemungkinan-kemungkinan yang hanya akan menjadikan diri kita sebagai manusia yang oportunis. Dalam teori materialisme Karl Marx mengatakan bahwa kita sebagai perserikatan atau golongan komunis haruslah memperjuangkan kasta, yang telah dapat membawa peri penghidupan yang semula sangat primitif kepada tata hidup kapitalisme dengan mutlak harus membawa peri penghidupan masyarakat kita dewasa ini kepada bentuk yang lebih tinggi, yaitu komunisme.

kewajiban kita membentuk di mana-mana Partai Komunis (Partai Rakyat Pekerja) dan memperkuatnya, membawa massa yang mendertia di bawah pimpinan kita dan akhirnya memperkuat ikatan dan setia-kawan internasional. Maksud dari seorang Tan Malaka adalah jangan mau dibelah atau dipisahkan oleh hanya kita sebagai kaum lemah, justru karena kita kaum yang lemah tak berdaya Ketika Bersatu akan memberikan sebuah pandangan kehidupan baru yang lebih layak dan merdeka dari dekapan kaum-kaum sekutu atau borjuis. Seperti kata semangat dari seorang Tan Malaka yaitu padi tumbuh tak berisik.

Selanjutnya pada bab kedua Tan Malaka membahas mengenai situasi dan kondisi Indonesia saat itu. Baginya rakyat Indonesia telah mengalami penderitaan sehingga keinginan untuk memerdekakan dirinya dari belenggu negara belanda semakin besar. Politik revolusioner merembes di antara rakyat Indonesia makin lama makin meluas. Pertentangan yang makin tajam antara yang berkuasa dan yang dikuasai menyebabkan pihak yang berkuasa menjadi kalap dan melakukan tindakan-tindakan sewenang-wenang sehingga perlakuan yang seperti ini melahirkan wajah baru dan meyakinkan rakyat Indonesia akan adanya jalan terang yang akan menghampiri mereka di masa mendatang. Indonesia tidak bisa lagi diancam dan dibunuh seperti tahun tahun justru Indonesia telah lahir Kembali dalam bentuk yang lebih kuat yang memperkuat dirinya dengan perkataan selamat tinggal jiwa-jiwa budak untuk selama-lamanya.

Lebih lanjut Tan Malaka mengutip perkataan dari Karl Max yaitu “Proletariat tak akan kehilangan sesuatu miliknya, kecuali belenggu budaknya”. Dalam pengartian dari perkataan Tan Malaka ini di masukkan kedalam situasi Indonesia pada saat itu untuk menerangkan kepada rakyat bahwa “Kamu tak akan kehilangan sesuatu milikmu kecuali belenggu budakmu”. Apa yang dimaksudkan oleh seorang Tan Malaka adalah rakyat Indonesia akan menjadi budak jikalau tidak ingin melepaskan belenggu pemikiran yang menerima apa yang sudah terjadi atau pasrah akan keadaan. Gimana teman-teman oksigen nya sudah habis ya? Yaudah kita lanjut alam pikiran Naar de republik Indonesia di kesempatan yang lainnya. So, stay with Marakom.id ya tunggu tulisan selanjutnya.

Author: Niko Sulpriyono
Staff Unit Kajian dan Literasi HMI MPO Komisariat Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Periode 2020-2021. Kepala Unit Kajian dan Literasi HMI MPO Komisariat Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Periode 2021-2022

Leave a Reply

Your email address will not be published.