Selain dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri organisasi mahasiswa islam tertua di Indonesia (HMI), Prof. Drs. Lafran Pane juga dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang diberikan pada tanggal 6 november tahun 2017, berdasarkan keputusan RI 115/TK/TAHUN 2017 tentang penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Penganugerahan gelar tersebut bukan tanpa alasan Mengingat, perjuangan dan kiprah Lafran Pane pada pergerakan pemuda pada zaman kemerdekaan yang pada saat itu juga berhasil mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), pada 5 Februari 1947.
Pada sejarah yang telah diangkat pada beberapa media, “Lafran muda”, terlibat dengan beberapa pemuda lainnya dalam penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk kepentingan persiapan proklamasi, saat itu.
Lafran pane, lahir di Padang Sidempuan, pada 5 Februari 1922, merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Keluarga Lafran dikenal sebagai keluarga sastrawan dan seniman, yang banyak menulis novel. Sanusi Pane contohnya, yang merupakan kakak kandungnya. Selain itu, Armijn Pane juga merupakan sastrawan dan seniman. Sutan Badurrahman Pane yang juga adalah kakak kandungnya termasuk dalam salah seorang pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921. Sedangkan kakek Lafran Pane adalah seorang ulama yakni Syekh Badurrahman Pane.
Adapun pendidikan sekolah Lafran Pane dimulai sejak masuk di Pesantren Muhammadiyah Sipirok di Kampung Setia dekat Desa Parsorminan Sipirok. Dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah, Lafran sering mengalami perpindahan sekolah. Hingga kemudian, Lafran meneruskan sekolah di kelas 7 di HIS Muhammadiyah, lalu menyambung ke Taman Dewasa Raya Jakarta.
Wawasan dan intelektual Lafran berkembang pesat yang ditandai dengan banyaknya buku-buku islam yang ia baca saat proses perkuliahan yang ditempuh di Sekolah Tinggi Islam (STI) saat itu, yang berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) saat ini. Sebelum tamat dari STI, Lafran sempat pindah ke Akademi Ilmu Politik pada April 1948 Universitas Gajah Mada (UGM), yang dinegerikan pada pada tahun 1949.
Tercatat manis dalam sejarah kampus UGM, Lafran termasuk salah satu mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai gelar sarjana, yakni pada tanggal 26 Januari 1953. Dengan hal tersebut, Lafran menjadi salah satu sarjana Ilmu Politik pertama di Indonesia.
Dari kisah hidup Lafran Pane, beberapa pembelajaran yang bisa dipetik, pun harusnya diimplementasikan.
Selain memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, kemampuan mengembangkan peran keorganisasian sembari mengejar pencapaian akademik, menjadi poin penting yang patut dijadikan contoh, khususnya untuk mahasiswa saat ini. Seringkali kita “mengkambinghitamkan” organisasi untuk berlama-lama dalam menyelesaikan pendidikan formal. Pun sebaliknya, Seringkali, kalimat “fokus kuliah” menjadi alibi sehingga tidak terlibat aktif dalam kehidupan organisasi yang notabene, punya peran penting dalam mengembangkan kemampuan intelektual seorang mahasiswa.
Terimakasih atas catatan manis yang telah kamu lukisan, Prof. Drs. Lafran Pane. Khususnya mendirikan suatu organisasi, yang saat ini banyak memberikan warna bagi beberapa kampus, maupun di kehidupan berbangsa dan bernegara. Al-Fatihah untukmu, Prof.
keren ustadz