DONGENG SEBELUM TIDUR

Ilustrasi : Tim Marakom.id

Layaknya bayi mungil yang lain, mereka tumbuh besar dan diajarkan beberapa pelajaran dasar yaitu bagaimana cara melompat, mencari makan dan apa saja yang harus dilakukan ketika melihat atau sedang terancam nyawanya oleh musuh binatang yang lainnya. Keduanya tidak dibedakan oleh ibunya, karena apa yang harus dibedakan keduanya adalah anaknya sendiri. Seiring berjalannya waktu, dua tupai bersaudara telah menjadi tupai dewasa yang kuat dan sangat lincah, semua tupai lain tahu bahwa mereka dibesarkan oleh seorang ibu yang sangat menyayangi mereka.

Alkisah, hiduplah dua tupai mungil di sarang atas ujung pohon. Setiap harinya mereka diberikan makan oleh ibunya yang sangat menyayangi mereka. Bahkan, setiap kali mereka terlihat kurang sehat di saat musim dingin, ibunya selalu memeluk mereka dengan setiap helai bulunya, dan selalu membuat mereka berdua merasa hangat dan selalu tetap terjaga dari musim dingin. Lalu ketika pemangsa sedang mengancam dua tupai bersaudara, ibunya selalu siap siaga dan selalu menjaga mereka bagai menjaga nyawanya sendiri bahkan mungkin melebihi dari nyawa seorang ibu.

Tibalah waktu dimana mereka harus hidup berpisah dari ibu dan saudaranya karena telah dewasa, akhirnya mereka berkelana dan mencari kehidupan diluar sana. Setelah bertahun-tahun terpisah dari ibunya, dua tupai dewasa telah menjadi tupai yang sangat sukses di kehidupan nya. Banyak kesibukan yang menunjang kehidupan mereka. Namun, tak disangka ada kabar bahwa ibu mereka sedang tak berdaya dan sakit-sakitan. Kedua tupai pun mendengar berita yang disampaikan oleh tupai yang lain, lalu tupai pertama mengajak tupai kedua”mari menjenguk dan merawat ibu. Sudah saatnya kita membayar apa yang telah ibu berikan kepada kita”.

Namun tak disangka tupai kedua menolak, “kenapa harus aku yang merawat, kan aku sedang sibuk dengan pekerjaan ku saat ini. Kau saja yang merawat jangan aku. Aku tidak sempat merawat seorang ibu tua itu” ujarnya. Sontak tupai pertama menjawab, “kau tidak ingat ya! Ibu dulu yang merawat kita, ketika kita tidak berdaya dan sekarang kau berkata seperti itu pada ibu?” lalu disangkal oleh tupai kedua, “kan kamu juga dirawat, kamu saja ya aku sedang sibuk dengan pekerjaanku. Jangan ganggu aku, sudah, pergi sana!” dengan hati yang sakit akan perkataan tupai kedua, akhirnya tupai pertama lah yang merawat ibunya, layaknya ibu dulu merawat mereka berdua di masa tua nya.

Dari dongeng diatas, pelajaran apa yang dapat kita ambil? layaknya seorang ibu, organisasi HMI MPO telah memperkenalkan kita pada realitas kehidupan, mengajarkan kita tentang banyak hal, termasuk bagaimana mencari kebenaran dalam masing-masing diri kita. Semuanya nampak hebat ketika telah dirawat oleh sang ibu yang tanpa pamrih memberikan semua hal yang kita butuhkan di dalam kehidupan kita. Ia memberikan peluang untuk berhimpun, memberikan wadah untuk mengembangkan intelektual dan juga memberikan pintu terbuka untuk menolong saudara yang lain di luar dengan pintu yang dibuatnya.

Namun, terkadang kita lupa bahwa bukan kita saja yang perlu dirawat, layaknya ibu tupai organisasi juga perlu dirawat. Tetapi, ketika individu telah merasa hebat kadang ia lupa darimana ia dirawat. Ia lupa bahwa mulutnya dulu disuapkan oleh organisasi bahkan sekecil apapun, pasti ada diberikan oleh HMI pada kita. Tetapi kita congkak yang telah apa kita capai bahkan dengan sembrono menjawab ajakan saudara yang lainnya untuk merawat ibu yang tengah lunglai tak berdaya. Dengan sombong ia berucap, “maaf aku sedang ada urusan lain”.

Tega sekali ia memperlakukan ibunya yang telah memberikan segudang pengalaman dan pintu kesuksesan untuk mengejar mimpinya itu. Kita lupa akan ibu kita sekarang sedang menangis di persimpangan jalan, sambil berucap “kemana anak ku berada, ibu tengah sakit dan tak mampu merawat dirinya. Anakku kembalilah ke ibu, rawat ibu mu ini yang tengah sakit parah”. Pesan terakhir yang terucap dari tulisan ini adalah, sehebat apapun kamu di luar sana, jangan lupakan ibumu yang dulu merawatmu hingga sampai sebesar ini. Jangan pernah. Salam rindu dari ibu untuk anak-anaknya yang hilang entah kemana.

Author: Niko Sulpriyono
Staff Unit Kajian dan Literasi HMI MPO Komisariat Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Periode 2020-2021. Kepala Unit Kajian dan Literasi HMI MPO Komisariat Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Periode 2021-2022

Leave a Reply

Your email address will not be published.