Strategi Pergerakan HMI MPO Komfak Ushuluddin dalam Pendekatan Appreciative Inquiry Sebagai Upaya Menuju Era Society 5.0

Industries Digital Disruption. (Gambar: Resolute Software)

Pendahuluan

 

Di awal abad ke-20 masyarakat dihadapkan dengan peralihan transportasi dari kereta  kuda menjadi mobil bertenaga bensin. Pada   saat bersamaan, pekerjaan tukang bengkel kereta kayu dan peternakan kuda juga teralihkan menjadi tukang bengkel otomotif  dan pompa bensin. Saat ini kita telah menyaksikan perlahan-lahan mobil bertenaga bensin mulai teralihkan dengan self-driving car yang dikendalikan oleh internet. Kelak, tukang bengkel bukan lagi montir yang dikenal saat ini melainkan ahli- ahli IT yang akan bekerja dengan perangkat  lunaknya.

Siap atau tidak siap kita dihadapkan  dengan keadaan seperti itu. Itulah disruption dengan karakternya yaitu surprises, sudden shift, dan speed. Perubahan yang mengagetkan dan mengubah lini kehidupan sampai ke akarnya.

Di tahun 2022 ini, disrupsi terjadi bukan hanya satu, melainkan tiga. 1) digital disruption, 2) millenial disruption, dan 3) pandemic disruption.

Disrupsi digital menghasilkan teknologi-teknologi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mulai dari layar sentuh hingga 3D printing. Disrupsi ini juga membawa penggunaan ponsel pintar beserta aplikasinya makin intens dari waktu ke waktu.

Disrupsi millenial ditandai oleh pergeseran pasar kerja, tadinya dikuasai oleh generasi X lalu perlahan dikuasai oleh generasi Y dan disusul generasi Z. Perubahan generasi bukan hanya terkait usia, melainkan juga karakter. Karakteristik  inilah yang memicu munculnya fitur story, reels, sampai kolaborasi di berbagai bidang. Kedigdayaan TikTok pun terjadi saat milenial yang gemar konten audio-visual makin krusial keberadaan dan perannya.

Disrupsi yang terakhir terjadi akibat dari pandemi. Pandemi mempercepat dua disrupsi yang telah disebut. Selain itu, pandemi juga membuat beberapa organisasi gelagapan dalam mengatasi masalah. Perlu adanya adaptasi dalam melakukan aksi, begitu pun disusul dengan berkurangnya  kualitas dan kuantitas kader dalam banyak faktor. Hal ini juga turut dirasakan oleh HMI MPO Kompak Ushuluddin. Karena pandemi mau tidak mau membawa kita pada dominasi teleconference,  pembelajaran dan kerja jarak jauh, hingga munculnya hobi-hobi yang beragam.

Berdasarkan paparan tersebut di atas, suatu organisasi harus siap untuk menyambut perubahan, melangkah mengejar disrupsi, melakukan peralihan dan memelopori perubahan. Karena kita hanya dihadapkan dengan dua pilihan yaitu disrupting atau disrupted.

Sebuah organisasi, khususnya HMI sudah seharusnya melakukan pendekatan yang berorientasi kepada kemajuan. Sehingga HMI dapat moveon dari permasalahan-permasalahan ataupun  kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

Pendekatan Appreciative Inquiry (AI) merupakan sebuah jawaban agar HMI menjadi berkemajuan dan responsif  terhadap zaman. Pendekatan AI dimulai dari hal-hal positif yang dimiliki, masa depan yang diimpikan, Menyusun strategi untuk menghasilkan rencana-rencana strategis.

Pendekatan AI, bukan seperti pendekatan SWOT ataupun problem solving, namun pendekatan AI merupakan pendekatan yang apresiatif. Sehingga sangat  cocok sekali dengan kondisi HMI saat ini untuk mendapatkan kemajuan.

Dalam melakukan pendekatan AI untuk menghasilkan sebuah program kerja strategis memiliki empat tahap. 1) Discovery . 2) Dream. 3)Design. 4)Destiny.

Discovery dilakukan untuk mengetahui dan menghargai latar belakang, prestasi, dan potensi di masa lalu yang dimiliki oleh HMI MPO Komfak Ushuluddin. Dream dilakukan yakni sebagai harapan dan mimpi-mimpi yang ingin dicapai berdasarkan potensi yang telah dimiliki untuk berusaha membangun visi yang diharapkan. Design dilakukan untuk merekonstruksi nilai-nilai yang dimiliki oleh HMI MPO Komfak Ushuluddin dalam gerakan-gerakannya menjadi nilai-nilai yang positif dan bermakna bagi perkembangannya. Destiny dilakukan untuk menjaga agar langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai harapan dapat dilaksanakan dengan baik.

HMI MPO Komfak Ushuluddin sudah seharusnya melakukan rekonstruksi metodologis setiap membuat program kerja agar tidak tergerus oleh zaman. Maka, diperlukan sebuah pendekatan Appreciative Inquiry ketika melakukan perencanaan strategi.

Appreciative Inquiry mengajak kita untuk mengubah cara pandang terhadap sesuatu menjadi positif dan melihat pada kekuatan. Sehingga kita akan berorientasi untuk memikirkan masa depan. Efek dari AI adalah sebuah organisasi dapat percaya diri, antusias dan semangat positif untuk selalu mewujudkan impian bersama. (Elliott, 1999).

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif dengan menggunakan metode studi pustaka. Penelitian ini termasuk dalam penelitian library research yaitu penelitian yang berdasarkan buku- buku kepustakaan dan literatur lainnya.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan Appreciative Inquiry untuk melakukan perencanaan strategis dalam menghasilkan program aksi HMI MPO Komfak Ushuluddin yang memiliki empat tahap yaitu Discovery, Dream, Design, dan Destiny.

Hasil dan Pembahasan

Organisasi Telah Terdisrupsi

Dalam era disrupsi ini hanya ada dua pilihan kita yaitu menjadi disrupting (menyerang) atau disrupted (diserang). Namun hal yang paling penting adalah bagaimana agar kita melakukan sesuatu bukan malah mendiamkannya.

Sepuluh tahun terakhir ini adalah waktu-waktu yang menggelisahkan bagi para pegiat ekonomi, pemerintahan dan organisasi sosial di seluruh dunia, termasuk salah satunya di Indonesia. Banyak sekali merek-merek besar yang tumbang. Pemerintah kehilangan kendali akan rakyatnya. Organisasi sosial pun juga kehilangan pengaruhnya.

Sekitar 10-20 tahun silam beberapa brand ternama yang sangat digdaya pada bidangnya masing-masing tapi sekarang nyaris tanpa aba-aba mengalami keruntuhan dalam sepuluh tahun terakhir ini. Salah satu contohnya adalah nasib Nokia, BlackBerry dan Yahoo!. Nokia bukan lagi brand ponsel terbesar, BlackBerry (dan BBM) tersingkirkan dari percaturan ponsel pintar beserta aplikasinya, Yahoo! harus mengakui kedigdayaan Google dan Microsoft.

Sebagian kalangan yang tersingkir pada persaingan ini beranggapan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan, melainkan hanya tenggelam karena keadaan. Padahal mereka semua tenggelam  karena tidak cukup berinovasi sehingga tidak cukup siap menghadapi keadaan yang terjadi di depan mata.

Hal itu juga berlaku pada organisasi sosial. Beberapa organisasi kehilangan taringnya sebagai penggerak massa dan pelaku sosial yang utama. Banyak kaum muda yang menganggap organisasi adalah kegiatan yang kaku dan monoton. Bukan karena kesalahan dari organisasinya, melainkan karakter kaum muda sekarang yang suka instan dan tidak suka bertele-tele apalagi hanya untuk urusan rapat ke rapat, musyawarah ke musyawarah atau pelatihan ke pelatihan.

Yang kita perlukan sekarang ini adalah bagaimana menghadapi kenyataan saat ini yaitu dengan strategi untuk membaca “where we are” dan “where we are going to”. Sehingga kita tidak terperangkap isu, mampu membaca realitas  dan bisa hidup tanpa terperangkap dengan masa lalu atau dalam tradisi dunia lama.

Disruption innovations introduce a new value proposition. They either create new markets or reshape existing markets.

(Christensen, Anthony, Roth, 2004). Dalam  menghadapi disrupsi ini ada dua yang dapat kita lakukan yaitu reshape atau create. Kita bisa membentuk ulang atau menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada. Dimulai dengan membaca perubahan, kemudian menghadapi medannya yang kompetitif, sampai menentukan strategi untuk menghadapi disrupsi.

Rhenald Kasali (2017) menyatakan  ada tiga karakter era disrupsi, yaitu Speed, Surprises, dan Sudden Shift. Speed, perubahan yang serba cepat akibat kemajuan teknologi informasi, tak lagi bergerak secara linear tetapi bergerak secara eksponensial. Surprises, ada banyak hal yang tak terduga telah terjadi, sehingga  kita membutuhkan kreativitas tinggi dan jaringan yang luas. Sudden Shift, banyak hal yang telah mengalami perpindahan secara tiba-tiba bahkan tanpa terlihat.

Siap atau tidak siap kita dihadapkan  dengan disrupted society. Disrupted society adalah suatu gambaran sosiologis yang mewujudkan sesuatu telah berubah menyusul terputusnya suatu ikatan (Rhenald Kasali, 2017). Karakter social disruption adalah penghentian, pemindahan, penghancuran suatu kehidupan sosial dalam setting komunitas (Krannich, RS dan Guider, 1984).

Disruption juga telah menimbulakn peristiwa-peristiwa the great shifting. Peralihan dari peradaban revolusi industri menuju peradaban digital yang serba cepat, seperti tampak dalam Internet of Things, pemakaian cloud technology dan big data analytics. Kita semua perlu mengubah cara pandang kita agar lebih terbuka, daripada hanya menyalahkan keadaan.

Ini merupakan perpindahan yang abadi, menentukan apakah kita akan mampu bertahan atau tidak. Berubah atau punah. Jangan sampai kita terperangkap dengan keberhasilan kita sendiri. Karena bisa jadi sukses merupakan sebuah perangkap. Sukses membuat kita merasa tidak ada lagi kompetitor yang mampu mengejar kita. Sehingga kita lalai untuk mengembangkan organisasi kita yang lebih menyesuaikan zaman.

Teknologi telah menjadikan disruption bergerak cepat, ditambah dengan  adanya pandemi Covid-19 yang  mengharuskan semuanya serba menggunakan teknologi. Ia memberikan tiga efek sekaligus: yaitu network effect, positive effect, dan negative effect (Rhenald Kasali, 2018). Jadi, sekarang ini kita menyaksikan bagaimana  para bayi menjadi cyber-baby, ibunya menjadi cyber-mom, para remaja menjalankan cyber-romance  bahkan para aktivis juga turut menjadi cyber-activism.

Kita juga telah memasuki era informasi, bahkan teknologinya pun dinamakan dengan teknologi informasi yang memiliki daya luar biasa, yang bisa mengumpulkan, mengolah, memilah dan mempertemukan informasi. Melalui media informasi ini merupakan pengaruh yang besar dalam memobilisasi opini dan tindakan. Teknologi informasi juga telah mengubah interaksi manusia, yang dahulunya banyak menggunakan interaksi dunia real menjadi dunia online.

Cepatnya perubahan terjadi karena kemajuan teknologi informasi yang berdampak ke berbagai sektor, khususnya sektor organisasi sosial kemasyarakatan. Organisasi yang bertahan adalah organisasi yang cocok dengan kaum muda saat ini dan mampu adaptif terhadap perubahan zaman. Sehingga, sebuah organisasi jangan sampai terlena, salah membaca perubahan, salah mengambil strategi, salah dalam bergerak ataupun terlambat merespons.

Perencanaan Strategis Menggunakan Appreciative Inquiry (AI) Di HMI MPO Komfak Ushuluddin

Agar sebuah organisasi mampu melakukan inovasi dan kreasi secara terus menerus sesuai dengan zaman, maka diperlukan sebuah pendekatan dalam melakukan perencanaan strategi. Yaitu pendekatan yang berorientasi kepada kemajuan, pendekatan Appreciative Inquiry adalah salah satu jawaban untuk melakukan perencanaan strategis yang lebih efisien.

Appreciative Inquiry (AI) merupakan sebuah pendekatan yang memusatkan perhatian pada kekuatan dan keberhasilan diri, komunitas atau organisasi untuk merangsang kreativitas serta menumbuhkan inspirasi dan inovasi. Pendekatan yang dilakukan menggunakan cara berpikir aset (asset based thinking) sebuah cara berpikir praktis dan konkret untuk menemukan aset atau kekuatan, potensi, kemampuan, keberhasilan dan energi positif. Sehingga AI ini mengajak kita mengubah cara pandang terhadap segala sesuatu menjadi positif dan melihat pada kekuatan.

Kebanyakan dari beberapa individu atau organisasi untuk membuat strategic planning biasanya menggunakan pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). Namun, pada tahun 1990-an David Cooperrider merintis pendekatan AI yang mendasarkan diri pada kajian apresiatif. (Cooperrider dkk., 2008).

Appreciative Inquiry ini, tidak melalui pendekatan hadap-masalah (problem posing approach) atau pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach). Tetapi, pendekatan ini berpijak pada asumsi bahwa selalu terdapat berbagai aset, potensi, cerita sukses dan sumber daya yang dapat ditemukan dan dikembangkan. Pendekatan ini memandang  sebuah organisasi sebagai sebuah kapasitas kekuatan yang dapat mewujudkan banyak hal.

Gambar   1:   Lingkar   Alur   Appreciative Inquiry (Copperider dkk., 2008)
  1. Discovery (Penemuan)

Merupakan tahap untuk menemukan hal-hal positif dalam sebuah organisasi dengan menggali  kualitas terbaik, inovasi, keberhasilan, capaian, pengalaman positif dan lain sebagainya. Sehingga fokus dalam tahap ini menemukan momen-momen puncak kehebatan organisasi.

HMI MPO Kompak Ushuluddin memiliki ciri khas dalam membangun gerakan- gerakan intelektual yang berbasis keislaman dan filosofis. Organisasi ini juga sering berkontribusi dalam pembimbingan dan pengajaran Al- Quran di Masjid serta berperan dalam membentuk kader-kader yang kritis dan rasional, seperti yang tercermin dalam pengawalan isu-isu kampus bahkan isu-isu nasional.

Selain itu, HMI Komfak Ushuluddin menjadikan ilmu agama dan ilmu filsafat sebagai dasar pemikiran bagi setiap kader, yang hal ini sesuai dan sejalan dengan asas dan tujuan HMI. Sehingga Komfak Ushuluddin ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan SDM nya untuk menghasilkan calon pemimpin masa depan.

2. Dream (Mimpi)

       Pada tahap ini melihat  ke depan tentang hal-hal yang  mungkin terjadi di masa yang akan  datang. Tahapan ini merupakan  lanjutan dari penemuan hal-hal  positif, karena ketika kita telah menemukan pengalaman positif  kita akan terdorong untuk  menemukan kemungkinan- kemungkinan baru. Pengalaman  terbaik yang telah didapat pada tahap sebelumnya merupakan  modal untuk merancang mimpi  bersama di masa yang akan datang.

HMI MPO Komfak Ushuluddin memiliki Kegiatan-kegiatan kultural yang bersifat  kekeluargaan       dan kajian-kajian  keislaman dan filosofis yang lebih  mendalam. Masih relevan karena pembentukan calon-calon  pemimpin sudah sepatutnya dipersiapkan sejak dini, namun  yang perlu diperhatikan juga adalah  melek terhadap teknologi yang telah disediakan oleh peradaban saat ini.

Hal inilah yang  membedakan dari Komisariat lainnya. Dengan potensi-potensi yang dimiliki HMI Komfak ushuluddin tentunya mengharapkan agar setiap kader dapat menjadi pemimpin yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam baik untuk diri sendiri, umat dan bangsanya.

3. Design (Rancangan)

Tahap ini adalah merancang langkah sukses untuk mendapatkan masa depan yang diimpikan, Menyusun strategi untuk menghasilkan rencana provokatif dan merekonstruksi nilai-nilai yang dimiliki menjadi nilai-nilai yang positif dan bermakna bagi perkembangannya.

Sehingga HMI MPO Komfak Ushuluddin dalam mencapai dream di atas agar sesuai dengan tantangan zaman melakukan penerapan digitalisasi dalam kajian-kajian yang bersifat kultural maupun strategis.

4. Destiny atau Delivery

Berdasarkan modal yang ditemukan dalam tahap Discovery, cita-cita ke depan yang disepakati dalam tahap Dream, dan rancangan kelembagaan yang dirumuskan dalam tahap Design kita merumuskan inovasi dan aksi (program). Berbagai strategi dan aksi ini diorientasikan pada upaya pencapaian kondisi ideal yang kita impikan atau mewujudkan mimpi.

Yang dilakukan HMI MPO Komfak Ushuluddin tiga sampai lima tahun ke depan adalah gerakan intelektual yang berbasis keislaman dan filosofis tentunya akan lebih berkembang, karena kita saat ini berada dalam masa peralihan dari rovolusi industri 4.0 menuju era society 5.0 yang ke depannya akan menjadikan manusia sebagai pusat utama dalam menjalankan kehidupan sehingga membutuhkan sikap kreatif, berpikir kritis, serta kolaborasi dan komunikasi yang baik.

Kesimpulan

Disruption tidak bisa dibendung, kita harus mengakui akan keberadaannya dan karakteristiknya yaitu surprises, speed dan sudden shift. Sehingga yang dipermasalahkan bukan lagi bagaimana kemarin, tetapi bagaimana hari ini untuk masa depan “tomorrow is today”.

Tidak hanya perusahaan-perusahaan yang terdisrupsi, melainkan juga pendidikan, politik bahkan organisasi. Yang menjadi sebuah pertanyaan adalah apakah kita  sudah memiliki mindset disrupsi untuk membentuk organisasi kita? Atau hanya terlena dengan susunan baku yang sudah ditetapkan oleh pendahulu kita?

Setiap upaya dalam peningkatan organisasi, khususnya HMI MPO Komfak Ushuluddin, perlu adanya simulasi baru agar para kader tidak bersikap pasif terhadap keberadaan organisasi tersebut. Selain menghadapi masalah eksternal, organisasi juga menghadapi masa internal. Sehingga perlu adanya revitalisasi perencanaan strategis.

Sudah saatnya, HMI MPO Komfak Ushuliddin melakukan shifting management organisasi agar lebih adaptif dan responsif, juga perlunya melakukan massifikasi kepada digitalisasi organisasi untuk menjawab tantangan era disrupsi ini.

Untuk menghasilkan arah kemajuan tersebut diperlukan Appreciative Inquiry sebagai sebuah pendekatan dalam merancang strategi dalam melaksanakan aksi strategis HMI MPO Komfak Ushuluddin yang berkemajuan.

Hal ini merupakan sebuah ikhtiar agar selalu dapat berbenah dan merekonstrusi pergerakan-pergerakan yang ada, agar selalu berada dalam koridor visi HMI dan selalu mempertahankan esensinya sebagai “Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofur”.

Tulisan ini merupakan gagasan yang dibawa ke forum LK II yang diselenggarakan oleh HMI Korkom UII tanggal 17-21 Juli 2022.

Author: Heni Saidah
Kader Progresif HMI Komisariat Fakultas Ushuluddin Angkatan 2021

2 thoughts on “Strategi Pergerakan HMI MPO Komfak Ushuluddin dalam Pendekatan Appreciative Inquiry Sebagai Upaya Menuju Era Society 5.0

  1. Bagus tulisannya dinda, mudah-mudahan bisa di realisasikan di komisariat. Sekarang saatnya HMI Ushuluddin merespon zaman yang serba cepat ini, dimulai dari hal kecil seperti shifting absensi pengurus menggunakan digital, dan lainnya. Saya pantau dari jauh, YAKUSA!

Leave a Reply

Your email address will not be published.