
Gambar: yayasanpulih.org
Semalam ketika aku sedang bercengkrama bersama teman-teman ku di warkop (warung kopi) suasana nya sangat menyenangkan, terlebih ketika banyak bahan pembicaraan yang menurut ku punya tingkatannya yaitu ringan hingga berat. Pembicaraan ini selalu saja memutari area percakapan kami di dalam nya. Namun, ketika jam menunjukkan arah pukul 1 dini hari aku memutuskan untuk beranjak dari Warkop menuju kost yang biasanya aku tiduri, apalagi kalau bukan kost ku sendiri. Setelah membersihkan diri, dan seperti nya ingin dipeluk oleh kehangatan kasur tiba-tiba muncul pikiran yang tidak sama sekali diperkirakan datang nya.
Dari pikiran-pikiran yang berterbangan di otakku, membuat kepalaku jadi berat dan susah tidur. Hal ini sangatlah menggangu waktu istirahat terlebih jam tidur yang telat ditambah dengan pikiran yang semruwet mengacak-acak pikiran yang tak kunjung usai. Lalu, pikiran itu semakin memporak-porandakan sehingga rasanya bantal dan kasur menjadi tidak nyaman dan seolah berada di tengah situasi ini menjadi hal yang sukar dimengerti. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka HP sebagai pengalihan arah otakku yang sudah tidak menentu. Ketika sedang melihat sosial media muncul sebuah kalimat yang menurutku cukup menarik yaitu “We suffer more in imagination than in reality” yang artinya adalah kita lebih menderita dalam imajinasi daripada dalam kenyataan.
Hal ini membuatku merefleksikan kembali apa yang terjadi di pagi hari ini dengan apa yang kalimat itu sampaikan. Sejenak membuatku berfikir kembali apa benar kita lebih menderita dibandingkan di dalam kenyataan?, namun sepertinya kalimat ini merujuk pada situasi yang sedang dialami olehku seperti orang yang kurang jelas karena di lingkari oleh pikiran ku sendiri sehingga tidak bisa beristirahat dengan baik. Lalu kenapa aku bisa seperti ini? Apa penyebab nya? Dan bisakah aku keluar dari lingkaran rasa tidak tenang yang kadang tanpa permisi mengambil alih pikiran ku ini?.
Setelah aku membaca lebih dalam dan memikirkan nya, rupanya ada suara riuh dari luar tidak lain adalah suara ayam berkokok. Ahh… Pikirku bisa bisanya aku memikirkan hal ini hingga lupa tugas utama ku yaitu tidur dengan lelap. Akhirnya aku yang menjemput pagi bukan pagi yang menjemputku. Karena otakku belum bisa tenang dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengitari seluruh malam ku, akhirnya aku memutuskan untuk membaca buku tentang kepribadian.
Buku itu berjudul “mengenal kecemasan dan serangan panik” sepertinya cocok untuk situasi ku sekarang. Di halaman pertama ketika aku membaca nya, sontak aku dikejutkan dengan hal yang sangat menarik yaitu sebuah pertanyaan mendasar Apa itu kecemasan? Lalu dengan cepat buku itu menjawab pertanyaan nya dengan kalimat Kecemasan adalah sebuah kata yang kita gunakan untuk Menggambarkan perasaan tidak mudah, khawatir, sekaligus Takut. Kondisi-kondisi itu melibatkan baik emosi maupun Sensasi fisik yang mungkin kita alami ketika kita mengalami Khawatir atau gugup tentang sesuatu. Ahhh… Ini dia yang terjadi tadi malam, sontak aku menjawab juga dalam hati ku. Akhirnya tanpa sadar aku baca buku itu dengan semangat ingin tahu barangkali aku menemukan jawaban yang sangat aku perlukan untuk keadaan saat ini. Setelah aku bergeser ke halaman demi halaman buku, akhirnya sampai pada hal yang menurutku bisa menggambarkan situasi tadi malam. Di buku itu tertulis apa sajakah yang menjadi sebab kecemasan?.
Yang pertama dikatakan oleh buku itu adalah pengalaman masa kanak-kanak atau pengalaman masa lalu, yang kedua adalah kehidupan dan kebiasaan sehari-hari disini dijelaskan bahwa rasa kelelahan dalam menjalani kehidupan atau bahasa yang lebih nyaman di hati adalah tekanan dalam hidup. Lalu yang ketiga tekanan di rumah, pekerjaan, sekolah dan lain sebagainya. Akhirnya aku mulai memetakan kembali apa yang menjadi kan diri ini punya kecemasan yang datang tiba tiba. Lalu, adapula jenis gangguan kecemasan yang umum yaitu gangguan kecemasan menyeluruh (generalised anxiety disorder — GAD), gangguan panik, gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder — OCD), fobia, gangguan stress pasca-trauma (post-traumatic stress disorder — PTSD).
Gangguan kecemasan menyeluruh adalah ketika kita merasakan kecemasan dalam rentan waktu yang lama namun tidak jelas apa yang di cemaskan dalam artian selalu berulang padahal apa yang menjadi titik permasalahan dalam kecemasan yang dialami tidak pasti. Lalu yang kedua adalah gangguan panik yaitu ketika serangan kecemasan dan panik itu tidak terprediksi dan kita tidak dapat mengidentifikasi apa pemicunya itulah yang disebut dengan serangan panik. Mengalami serangan panik dapat berarti bahwa kita merasa Secara terus-menerus ketakutan akan mengalami serangan Panik berikutnya, pada titik ini ketakutan itu sendiri dapat Memicu serangan panik berikutnya.
Lalu yang selanjutnya adalah gangguan obsesif-kompulsif adalah sebuah obsesif atau pikiran, bayangan, dorongan, dan keraguan yang tidak membuat nyaman yang berulang-ulang Muncul dalam pikiran dan kompulsi adalah kegiatan berulang-ulang yang Anda rasakan Harus Anda lakukan. Lalu Fobia, Fobia adalah rasa takut yang kuat terhadap sesuatu, bahkan Jika yang ditakuti tersebut tidak berbahaya bagi Anda. Jika Anda mengalami fobia, kecemasan Anda dapat dipicu oleh objek atau situasi yang sangat spesifik. Dan yang terakhir adalah gangguan pasca trauma yaitu Jika Anda mengembangkan perasaan kuat akan kecemasan setelah mengalami atau menyaksikan sesuatu yang bagi Anda sangat traumatis, Anda mungkin akan didiagnosa sebagai PTSD. PTSD dapat menimbulkan kilas balik (flash back) atau mimpi buruk tentang kejadian yang traumatis tersebut, yang dapat terasa seolah-olah Anda merasakan ketakutan kembali semua ketakutan dan kecemasan yang telah Anda alami selama peristiwa yang sebenarnya. Setelah memahami beberapa hal yang menjadi gangguan serta jenis kecemasan ini akhirnya muncul pertanyaan kembali bagaimana agar permasalahan memikirkan sesuatu secara berlebih atau Overthinking bisa berangsur-angsur ditangani. Dan ini dijawab pula oleh halaman selanjutnya. Buku ini mengatakan bahwa ada beberapa hal yang bisa kita gunakan untuk meredakan kecemasan terjadi yaitu berbicara dengan orang “bisa Anda percayai”, cobalah latihan pernafasan, lalu melatih perhatian agar lebih fokus, mendengar kan musik, berolahraga, dan buku harian agar memiliki sebuah penangkal ketika terjadi kecemasan bisa melihat buku harian pemicu nya seperti apa dan cara menangani nya. Akhirnya setelah melakukan banyak hal dengan membaca dan memahami isi buku ini, diharapkan teman-teman semua nya bisa memahami dan sedikit demi sedikit bisa menghindarkan rasa kecemasan yang berlebih agar aktivitas dan kinerja tidak terganggu oleh kecemasan itu sendiri, Semoga bermanfaat.