Raushan Fikr
Akhir-akhir ini kita selalu di hadap dengarkan pada kata raushan fikr. Sebenarnya apa sih raushan fikr itu? Jika dilihat dalam buku terjemahan Ali Syariati, Ideologi Kaum Intelektual: Suatu Wawasan Islam maka akan kita dapatkan bahwa raushan fikr adalah “pemikir yang tercerahkan”. Tidak hanya itu raushan fikr juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai Intelectual atau free thinkers.
Lalu, apa sih yang membedakan raushan fikrnya Ali Syariati dengan ilmuwan pada umumnya? Raushan fikr itu adalah dia si paling peka dan si paling responsif.
Ketika seorang ilmuwan menjelaskan kenyataan, si raushan fikr memperjuangkan kebenaran. Ketika seorang ilmuwan menjelaskan fakta sebegitunya, si raushan fikr memaparkan penilaian seharusnya. Ketika seorang ilmuwan menggunakan bahasa yang ruwet, ilmiah, dan universal, si raushan fikr berbicara menggunakan bahasa yang merakyat. Ketika seorang ilmuwan diwajibkan bersifat netral, si raushan fikr harus menaruh diri pada keyakinan, ideologi, masyarakat, dan kebenaran.
Poin utama dalam perbedaan di atas adalah, seseorang tidak perlu menjadi ilmuwan atau intelektual terlebih dahulu untuk menjadi si raushan fikr. Seseorang yang dalam perjalanan hidupnya menjadi pelopor revolusi dan mengawal gerakan ilmiah maka ia telah memilki sifat-sikap si raushan fikr. Karena didasarkan pada kesadaran terhadap keadaan manusia di zamannya, serta setting kesejarahan dan masyarakatnya, si raushan fikr menerima tanggung jawab sosial dengan penuh keyakinan untuk melakukan perubahan.
Sebagaimana para nabi yang kehadirannya selalu dibarengi dengan kesadaran dan tanggung jawab menghasilkan perubahan besar. Si raushan fikr yang diidealkan Ali syariati adalah pemimpin masyarakat menuju revolusi. Ia adalah si paling peka dan si paling responsif yang secara sadar membangun gerakan progresif dan revolusioner untuk mengubah dan menuliskan sejarah baru.
Khittah Perjuangan HMI
Khittah Perjuangan HMI merupakan buku kecil, berukuran persegi sedikit panjang, dan hanya terdapat enam puluh tujuh halaman. Namun di dalamnya berisi kekayaan intelektual kader Himpunan Mahasiswa Islam. Yang setiap masanya mencoba menafsirkan asas, tujuan, usaha, dan independensi secara filosofis dengan upaya kontekstualisasi sehingga selalu relevan setiap zamannya.
Asas, tujuan, usaha, dan independensi menjelaskan secara utuh jati diri kader ideal dan HMI seyogyanya. Di dalamnya memuat nilai-nilai perkaderan dan perjuangan dengan konsepsi yang khas ditawarkan oleh HMI. Dimulai dari pembentukan individu, yang secara radikal membongkar sistem keyakinan ilmiah (empiris) dan doktrin literal kemudian menawarkan konsep Tauhid sebagai dasar dari setiap gerakan manusia.
Hingga pembentukan masyarakat, yakni masyarakat madani yang diridhoi oleh Allah SWT. HMI secara istiqomah melakukan perbaikan pada seluruh aspek kehidupan masyarakat yang tentunya didasarkan pada sifat HMI dan sikap kader tanpa keluar dari koridor konstitusi Himpunan Mahasiswa Islam.
Raushan Fikr dalam Khittah Perjuangan HMI
Raushan fikr dan Khittah Perjuangan HMI tidak memiliki hubungan secara eksplisit tertulis. Namun si raushan fikr dengan sifat kepekaannya dan sikap responsifnya memiliki keterkaitan nilai secara implisit yang terdapat dalam Khittah Perjuangan HMI. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tiga bab pertama Khittah Perjuangan, diantaranya :
I Asas
Keyakinan Muslim sebagai dasar dari setiap gerak dan aktivitas hidup manusia dengan konsep Tauhid yang mengajarkan bahwa Allah SWT adalah Zat Yang Maha Esa, sebab dari segala sebab dalam rantai kausalitas. Tauhid membenarkan bahwa manusia dibekali fitrah sebagai potensi ilmiah untuk memilah kebenaran dan kesalahan secara sadar.
Wawasan Ilmu – Allah memberikan pendengaran, penglihatan dan perasaan yang merupakan potensi dan alat pengetahuan bagi manusia dalam mencari ilmu. Tujuan ilmu dalam islam adalah kebenaran. Wawasan Sosial – Islam memandang kemasyarakatan sebagai ciri yang tidak dapat dipisahkan dari kepribadian manusia. Manusia memiliki hak dan kewajiban individu (pribadi) dan sosial (bersama) yang merupakan kesatuan.
Kepemimpinan tentunya memiliki sebuah tujuan, dalam hal ini kepemimpinan adalah membangun tatanan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT. Pemipin sebagai penggerak bertanggungjwab terhadap diri sendiri dan orang banyak. Etos Perjuangan berarti semangat dalam islam adalah cerminan gerak iman seorang muslim. Perjuangan seorang muslim dari lahir hingga mati, dari lingkungan dirinya hingga masyarakat. Istiqomah mewujudkan kebenaran dalam masyarakat merupakan kuncinya.
II Tujuan
Hakekat Perkaderan dan Perjuangan – Perkaderan merupakan upaya peningkatan kualitas anggota-anggotanya dengan memberikan pemahaman ajaran dan nilai kebenaran Islam. Perjuangan secara bertahap dan konsisten memelaksnakan ajaran Islam pada kehidpan masyarakat yang pada hakikatnya adalah wadah atas pendidikan dan alat perubahan.
III Usaha
Amar Ma’ruf dimaknai menyampaikan kebenaran adalah sebuah sikap keberpihakan yang bertitik berangkat dari syahadat. Nahi Munkar diartikan mencegah kemungkaran dan membawa kedamaian serta keadilan bagi alam semesta.
Pembentukan Individu merupakan ikhtiar perubahan dari diri sendiri dengan standar pembentukan setiap insan, diantaranya; mu’abbid (tekun beribadah), mujahid (semangat juang yang tinggi), mujtahid (berijtihad), dan mujaddid (pembaharu). Pembentukan Masyarakat merupakan interaksi dalam membentuk sebuah komunitas (masyarakat) dan memiliki kewajiban untuk menjaga (menyelamatkan) umat beriman.
Dari penjabaran ringas Khittah perjuangan di atas, telah dipangkas dan dikhususkan pada nilai-nilai yang memiliki kaitan dengan si paling peka dan si paling responsif (raushan fikr) yang telah dijelaskan di atas sekali. Adapun nilai-nilai raushan fikr yang dapat kita komparasikan adalah; memperjuangkan kebenaran, sebagai pelopor gerakan revolusioner, dan keyakinan serta ideologi si raushan fikr menjadi dasar dalam menaruh keberpihakannya pada kebenaran dan rakyat.
Cocoklogi atau bukan entahlah. Tapi ini merupakan hasil refleksi penulis setelah mengikuti kajian kultural HMI MPO Ushuluddin yang dipantik oleh kanda Richo dan penulis coba rangkai. Semoga kita semua terhindar dari cocoklogi yang sesat dan tak berdasar…
Referensi Bacaan
- Ali Syariati. 1993. Ideologi Kaum Intelektual: Suatu Wawasan Islam. Bandung: Mizan
- [tanpa nama]. 2021. Khittah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam. Yogyakarta: HMI Cabang Yogyakarta