Taare Zameen Par: Sebuah Pesan Bijak untuk Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan umat manusia, terlebih di zaman sekarang yang sudah serba maju. Dengan pendidikan, orang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, orang yang tidak bisa melakukan sesuatu jadi bisa, sederhanya pendidikan membawa manusia ke arah yang lebih baik. Namun, tentunya hal tersebut bisa tercapai apabila proses pelaksanaan pendidikan itu dijalankan dengan baik dan benar sehingga tujuan dari pendidikan yakni untuk menyampaikan suatu ilmu dapat diterima dan dicerna dengan baik.

Berkaitan dengan hal di atas, penulis hendak menyampaikan suatu inspirasi dan pesan bijak untuk dunia pendidikan dari salah satu film Bollywood, Taare Zameen Par. Sebenarnya ada banyak kisah yang mengajarkan pelajaran kehidupan dalam film tersebut, namun di sini akan lebih fokus membahas dari aspek pendidikannya, karena hal ini dirasa sangat menarik perhatian dan penting untuk disampaikan.

Di dalam film ini mnegisahkan seorang anak bernama Ishaan Nandkishore Awasthi. Usianya Sembilan tahun dan duduk di kelas tiga Sekolah Dasar (SD). Ishaan mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis karena mengidap suatu penyakit Diskleksia. Hal ini membuatnya menjadi anak yang dianggap bodoh oleh orang-orang termasuk guru dan teman-temannya. Standar nilai rapor menjadi acuan guru dalam menilai setiap murid, tentunya ini merupakan suatu masalah bagi seorang Ishaan.

Keadaan tersebut membuat Ishaan merasa tertekan karena dia tidak sama seperti anak-anak lainnya yang bisa membaca dan menulis. Salah satu contohnya ketika menulis “table” Ishaan menulis “tabel” atau “tabl”. Bagi Ishaan buku adalah musuh sehingga membuatnya  menjadi cenderung malas dalam belajar dan nakal ketika dipandang secara sepintas tanpa mengetahui masalah yang terjadi pada diri Ishaan.

Ishaan tidak lah bodoh, pada dasarnya setiap anak-anak punya kemampuan masing-masing, dan juga masalah tersebut sebatas pada kemampuan daya berpikir nya yang cepat atau lambat. Masalah membaca dan menulis bisa diselesaikan dengan cara membimbing dan mendidiknya secara pelan-pelan karena orang-orang yang seperti ini memiliki daya kecerdasan yang tinggi asalkan sabar dalam mengasah kemampuan otaknya. Ada beberapa permasalahan pendidikan yang disinggung dalam film ini dan mungkin terjadi di kehidupan kita sekarang.

Akademik itu penting tapi bukan satu-satunya yang utama

Ketika disebut pendidikan maka secara umum yang terlintas di benak setiap orang adalah seputar pengetahuan, ilmu, dan hal lain yang dipandang sebagai hal yan istimewa. Dibalik ini sebenarnya ada suatu pandangan umum yang terbentuk di dalam pola pikir kebanyakan orang bahwa orang yang cerdas adalah orang-orang yang mempunyai nilai rapor yang tinggi, atau menguasai berbagai bidang ilmu.

Bukan kah setiap orang terlahir dengan potensi dan kemampuannya masing-masing? Hal ini sudah disadari oleh setiap orang, namun anehnya hal ini seolah tenggelam di dalam pikiran orang-orang. Di dalam film ini Ishaan sangat terkekang dengan hal ini, bahkan puncaknya ketika orang tuanya memindahkan sekolah Ishaan ke sekolah asrama yang membuat Ishaan semakin depresi. Pikirannya melayang membayangkan bagaimana hidup jauh dari orang tua, bahkan hobi melukis yang selama ini ditekuni sudah ditinggalkannya. Miris sekali bukan?

Ishaan seolah kalah dengan hidupnya yang keras, hidup yang hanya menilai sesuatu terbatas berdasarkan jumlah kuantitas, berdasarkan untung rugi tanpa memperhatikan perasaan dan keindahan. Ketika Ishan tidak lagi melukis yang merupakan hobi Ishaan seolah sebuah pertanda masa depan Ishaan telah hancur. Kepercayaan diri Ishaan terkubur dalam tekanan dan tuntutan yang mengharuskan dia sama dengan orang lain.

Aspek akademik memang hal yang penting dalam pendidikan, namun demikian lantas bukan menganggap aspek yang lain sebagai sesuatu yang tidak penting. Disamping mengasah kemampuan akademik anak, guru seyogyanya bisa memahami potensi kemampuan anak dan juga mendukungnya. Biarkan anak meraih mimpi mereka berdasar kemampuannya masing-masing, melihat dunia dari hal yang berbeda dan menggemparkannya. hal tersebut oleh Ram Shankar Nikumbh seorang guru seni dilakukan untuk dapat mengembalikan kepercayaan diri Ishaan.

Cara Mengajar

Selain hal di atas, masalah pendidikan adalah bagaimana cara menyampaikan ilmu atau cara mengajarnya. Di dalam film ini Ishan sangat tertekan dan takut dengan gurunya yang cenderung keras dalam mendidiknya karena kesal dengan kelakuan Ishaan yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Akibatnya Ishaan lebih sering dihukum dan hal ini sudah menjadi kebiasaannya bahkan membuatnya nyaman. Ishaan bingung dengan pembelajaran yang tidak bisa dimengerti olehnya.

Pendidikan seyogyanya menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak dalam mencari ilmu dan juga menjadikan manusia bermartabat dengan ilmu. Namun, apa henak dikata jika pendidikan dipandang oleh sebagian anak sebagai sesuatu yang mencekam. Psikologis anak yang cenderung menyukai hal-hal yang asyik dan menyenangkan harusnya bisa dipahami bukan dibawa ke suasana yang menurutnya kaku dan mencekam. Dibawah bimbingan Guru Nikumbh anak-anak diajak ke suasana belajar yang asyik dan dan menyenangkan.

Minimnya Apresiasi

Dan terakhir permsalahan dalam pendidikan yang mungkin sebagian orang menganggap sepele adalah kurangnya apresiasi. Orang tua dan dan guru jangan terlalu membebani anak untuk menanggung ambisi orang tua ataupun guru dalam hal masa depannya kelak. Tanggungan yang dibebankan kepada anak membuatnya tidak bisa bebas mengekspresikan kemampuannya.

Berikan apresiasi kepada anak bahkan sampai hal terkecil pun. Misal anak bisanya melukis apresiasilah dan ucapkan “lukisan yang bagus, Nak” atau ketika seorang anak yang baru bisa menghitung dari angka 1 sampai 10, apresiasi dan ucapkanlah “kamu cerdas, Nak. Nanti belajar lagi, ya”. Hal itu sangat berarti bagi kondisi emosional anak, Nikumbh mengajarkan hal itu di dalam film ini dan dia mengapresiasi kemampuan Ishaan yang pintar melukis disamping membimbingnya belajar membaca dan menulis.

Ishaan meraih juara pertama dalam perlombaan melukis yang diadakan oleh Nikumbh dan lukisannya dijadikan sampul buku tahunan sekolah. Ishaan juga akhirnya bisa membaca dan menulis berkat bimbingan secara privat oleh guru Nikumbh. Hal ini tentunya menjadi sebuah pesan bahwa sebagaimana di dalam film ini, Every Child Is Special.

Author: Bobman
Sekretaris Umum HMI MPO Komisariat Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Periode 2020-2021 M.

1 thought on “Taare Zameen Par: Sebuah Pesan Bijak untuk Pendidikan

  1. Taare Zameen Par adalah salah satu film yg bernafaskan pesan sekaligus kritik terhadap dunia pendidikan (sekolah).. ini adalah salah satu film dari sekian banyak film tentang pendidikan yg dimiliki oleh Bollywood..
    dalam komen saya ini, film ini adalah gambaran kondisi pendidikan di sekolah yg ada di India yg tidak jauh beda dengan di Indonesia..
    maka saya menilai pesan moral dalam film tersebut akan hanya menjadi mimpi dalam sistem persekolahan yg ada, oleh karena itu di Indonesian sekarang banyak orang tua yg sadar akan pendidikan anaknya dengan memilih persekolahan rumah atau biasa disebut Home Schooling (HS).. dengan harapan HS bisa menjadi salah satu alternatif pilihan, paradigma baru dalam memberikan pendidikan yg membebaskan terhadap anak.. dan ini terbukti dengan pengakuan oleh pemerintah akan kesetaraan antara sekolah formal (yg dikritik dlm film tersebut) dengan sekolah nonformal (HS/ yg membebaskan)..

Leave a Reply

Your email address will not be published.