Ontologi HMI “Sebuah Refleksi Berorganisai”

Apa itu HMI?

Apakah hanya sebatas sekumpulan Mahasiswa Islam?

Boleh jadi “HMI” itu tidak ada. Mungkin sebagaian besar yang ber “HMI” sudah melakukan LK 1 merasa bahwa dia adalah seorang kader, akan tetapi mungkin saja hal itu juga merupakan presepsi dia sebagai seorang kader “HMI”. Apa yang disebut dengan kader “HMI” bisa jadi hanyalah faktual yang secara pribadi, atau hanya sebagai disklimer, atau alias terduga kader “HMI”.

Kader-Kader kerap sekali mengaku bahwa dirinya ber”HMI”, akan tetapi berbeda apa yang dikatakannya dengan tujuannya ber”HMI”. Buku tersusun rapi di sudut kamar, dari buku yang membahas tentang filsafat hingga politik negeri. Aksi teriakan di jalan sampai mencucurkan keringat bahkan darah, hingga puisi tentang perlawanan tercipta, semua telah dilakukan, itupun belum bisa mendefinisian keparipurnaan ber”HMI”.

Hingga detik ini, belum ada kader yang melakukan suatu mufakat tentang bagaimana mendefinisikan tentang “HMI” dengan sungguh-sungguh. Belum ada pergerakan kader yang benar-benar menjelaskan tentang ontologi HMI: Apakah HMI itu ada ? seperti IMM yang menjalankan pemahaman Kemuhammadiyahannya, atau PMII yang mewujudkan cita-cita Nahdlatul Ulama nya ? atau kah HMI itu hanyalah entitas perkumpulan orang yang ingin berdiskusi, yang ingin melawan seperti kelompok belajar atau kelompok bernyanyi ?

Kalaulah ada kader yang merasa dirinya sedang ber”HMI” itu adalah kader yang ber “HMI” dengan Hati, HMI bukanlah barang yang kasat mata dan dapat disentuh. Jadi penjelasan tentang HMI itu tidak sama dengan penjelasan tentang bendera atau logo yang dipakai. Yang dinamai dengan “HMI” itu tidak sekedar abstrak, bahkan dalam taraf yang sangat susah, “ber”HMI” tidak dapat dijelaskna secara konseptual rasional.

“HMI” itu seperti “Cinta” semakin didefenisikan semakin sukar dimengerti. Cinta tidak dapat didefenisikan dengan kerangka konseptual, begitupun dengan “HMI”. seorang kader tidak saja mengikuti LK 1 untuk menjadi seorang yang ber”HMI”, karena HMI tidak saja pada saat itu, melainkan hari ini, esok, bahkan selamanya. Segala bahasa dan pergerakan merupakan tanggungjawab atas defenisi ber”HMI”. segala penghayatan dan pengalaman selama kaderisasi merupakan reduksi realitas bahwa kamu adalah “HMI”.

Lalu bagaimana kita dapat menjelaskan apa yang dinamai dengan “HMI”? banyak sekali para tokoh yang menjelaskan defenisi tentang HMI, akan tetapi sampai disini masih banyak kader yang tidak memahami HMI. Menelisik lebih jauh, “HMI” lahir sebagai Organisasi yang akan memertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Tujuan ini seolah mengajarkan tentang bagaimana kita ber”HMI” dan menjadikannya eksistensi dalam kehidupan.

Lalu bagimana kita menjelaskan tentang jati diri “HMI” kita? jauh dihari kemarin, pemerintah gencar mematikan dengan geragan otoriter dan permusuhan kepada mahasiswa. HMI MPO lahir sebagai organisasi yang tidak menginginkan kemwahan gedung penguasa dan melupakan tujuan utama. Sekumpulan mahasiswa yang kritis akhirnya melampaikan tangan dengan misi menyelamatkan organisasi dari hinar binar kekayaan pemerintah. Perpisahan ini seharusnya mengajarkan kita soal keteguhan dan prinsip ber”HMI”

Dari sejarah itu kita dapat melandaskan dasar untuk memahami ontologi “HMI” khususnya MPO, pertanyaan soal apakah itu HMI, apa yang akan dilakukan ketika berHMI? Akan terjawab ketika dalam hatimu ada “HMI” dan kamu menempatkan dirimu sebagai “HMI. Selogan Yakin, Usaha, Sampai, “YAKUSA” merupakan metodologi yang ditawarkan dalam melakukan perwujudan atas tujuan berorganisasi. Tidak sampai disitu, “HMI” merupakan kata aktif yang harus dilakukan dantidak dapat diubahmenjadi kata pasif yag membutuhkan perwakilan. HMI dari KITA, untuk KITA, oleh KITA.

Salam Pergerakan Kader HMI

Author: Risahlan Rafsanzani
Kader HMI MPO Komfak Syariah UIN Sunan Kalijaga

Leave a Reply

Your email address will not be published.